Selasa, 08 Desember 2009

sepi. sunyi. hening.

Sepertinya saya ketagihan menulis. Tulisan teman saya itu masih berkesan di hati saya. Padahal, menurut saya, mungkin penulis itu tidak niat menulisnya, tak acuh, cuek. Mungkin karena kenaturalannya itulah yang melekat pada tulisan itu. Tulisan itu semacam diary yang mengungkapkan kisah yang dialaminya pada suatu hari yang membuat saya tergugah untuk menulis tulisan pertama untuk blog itu. Dan dramatisasi pun semakin menjadi-jadi. Memunculkan ingatan pada apa yang terjadi sepanjang hari dan suasana diciptakan secara berlebihan. Sebelumnya saya sudah terbiasa dengan ketiadaan bapak saya karena beliau sudah meninggal dunia sudah lama 10 bulan yang lalu tepatnya pada tanggal 13 februari yaitu sehari sebelum hari dimana kasih sayang dijadikan lebih. Sangat kebetulan pisan banget sekali. Sudah beberapa hari saya tidak berada di Bandung karena pada hari jumat saya pergi ke Bekasi untuk mengantarkan mamah saya yang akan berjuang untuk melawan penyakitnya. Dan otomatis kuliah saya harus ditinggalkan untuk beberapa hari.
Mamah saya sakit. Mungkin terkena dampak negatif dari perayaan idul qurban. Kelurga nenek dan kakek kami mengelola yayasan perguruan islam. Pada saat idul adha kami menerima titipan hewan qurban sehingga kami sekelurga besar pun menjadi panitia qurban. Karena kami sekeluarga adalah panitia maka kami pun mendapat jatah daging qurban yang terdiri dari daging sapi dan kambing. Lalu mamah saya memakan daging kambing yang telah dimasaknya padahal beliau memiliki penyakit tekanan darah tinggi. Otomatis tekanan darah mamah saya naik drastis menjadi 190. Dari situ penyakitnya menjalar ke asam urat rheumatik dan menurut therapis di bekasi, bila tidak diterapi akan menimbulkan penyakit stroke—jadi teringat pada salah satu gambar dari group band yang dicopy dari PC-nya teman saya, Rakean.
Kembali pada kedramatisiran. Karena penyakit mamah saya bisa lebih berbahaya bila tidak akan diobati maka mamah saya pun harus diterapi selama satu minggu. Tetapi tidak mungkin saya meninggalkan kuliah untuk lebih lama lagi. Maka saya pun pulang ke Bandung tanpa seorang mamah.
Ketika sudah kembali ke Bandung saya sadar bahwa sudah beberapa hari saya tidak berada di rumah. Kangen. Rindu. Bandung, I’m coming. Senang. Welcome home. Tetapi sepertinya tak ada yang menyambut kedatangan saya. Memang benar. Sepi, sunyi, hening itu semakin terasa. Kerinduan pada rumah hilang. Tetapi ada lagi satu rasa kangen yang lebih. Rindu pada mamah. Padahal baru beberapa saat tidak bertatap muka. Kesunyian itu membuat saya sadar bahwa sudah lama saya tidak bertemu bapak saya. Timbul rasa kangen pada bapak. Kemanakah orang-orang yang saya cintai. Tetapi apa boleh buat, sepi, sunyi, hening adalah jawabannya.

Tidak ada komentar: